Kamis, Agustus 25, 2011

Ketika duniaku tak seindah hari kemarin

Hari-hariku berjalan rasanya seperti jarum jam yang berdetak berdesakan mengisi ruang kosong, seperti buih yang berlomba mencari jeda disetiap sela kejernihan, kini ku telah diujung kerisauan ku ingin dia tapi sungguh ku tak bisa “semua percuma jika harus di pertahankan” ingin ku teriak kencang tapi ku tak sanggup. Akhirnya ku sadari, ku tak ingin bermimpi disaat aku berdiri aku pun tak mhau larut dalam fatamorgana ini. Kenapa semua ini harus terjadi, semua hadir bagai petir di hari yang cerah.

Tiada waktu yang paling indah disaat aku mengenalmu tanpa pikir apa yang akan terjadi nanti, tiada waktu yang paling indah saat aku memelukmu erat tanpa pikir kau akan melepaskanku nanti, tiada waktu yang paling indah saat aku memanjakanmu tanpa pikir aku akan terjatuh nanti. Jika perpisahan jalan yang terbaik aku hanya bisa ucapkan selamat tinggal. Paling tidak, semua yang terlewati akan ditapaki entah dengan perlahan atau dengan terburu, sudalah....

Apa yang salah dari kasih yang coba ku bangun untukmu? ataukah karena aku yang terpenjara dengan masa laluku yang selalu mereka belenggu. Aku masi bertanya-tanya diam, apa yang salah diantara kenyataan kemarin, kau beri aku ruang tuk tumpahkan perhatian, kau beri aku jalan tuk lebih dekat mengenalmu, namun kenapa kini aku harus menelan pil pahit ini.

Harusnya pagi ini indah seperti duniaku dihari kemarin, harusnya aku mengerti tapi sampai kini belum juga bisa aku pahami. tak bisakah kau jelaskan padaku? aku tak kuat, ingin aku pergi tinggalkan semua ini, tapi disini ada cinta ada sebagian hidupku, berat, sungguh berat jika harus aku tinggalkan semua ini yang karenanya aku merasakan sedikit banyak hidup ini.

Kenapa harus aku terlampau tak berdaya, kembali terperangkap dalam rasaku untukmu aku kembali tak mampu membuat hatiku membencimu, semenatara aku butuh itu agar aku mampu mengikhlaskanmu pergi tuk waktu yang tak aku mengerti. Tapi karna sungguh aku merasa nyaman dan aman berbagi kisah denganmu, inginku ada kasih yang bisa ikut kau bagi denganku meski harus ku telan kecewa. Tapi, sudalah......

Dan tanpa aku sadari kini hanya tinggal kenangan, mungkin kaulah rahasia terbesar dalam hidupku yang pernah hadir tuk tenangkanku dalam pelukmu saat ku mulai rapuh.

“Terima kasih untuk tawa, air mata dan senyuman yang telah kau berikan”.